Rabu, 04 Januari 2017

MARI KITA RAJUT KEBHINEKAAN INI AGAR SENANTIASA TUNGGAL IKA


Indonesia merupakan salah satu bangsa di dunia yang paling majemuk. Kultur yang majemuk merupakan kultur yang mengakar dalam kehidupan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia dihuni oleh berbagai macam suku, ras, bahasa, agama dan budaya yang berbeda-beda. tetapi, perbedaan ini menampilkan dua sisi wajah yang berbeda. Di satu sisi perbedaan tentu menjadi modal yang sangat potensial untuk memajukan bangsa dan di sisi lain atas nama perbedaan bangsa ini akan mudah untuk terpecah belah.
Akhir-akhir ini, kita kerap kali mendengar pemberitaan dalam media masa terkait dengan ancaman dari gerakan-gerakan radikalisme yang mengatasnamakan agama tertentu. Pemberitaan-pemberitaan di media masa yang terkait gerakan radikalisme ini cukup banyak menarik perhatian publik.
Kita dapat pahami bahwa propaganda radikalisme merupakan produk dari kisah-kisah imajiner karangan dari rekayasawan yang tidak bertanggung jawab. Maka, untuk membendung pengaruh-pengaruh radikalisme tidak dapat dilaksanakan hanya dengan model pemberian materi kebangsaan yang sesak dengan hapalan. Pembangunan ideologi kebangsaan sejatinya adalah proses dimana keteladananlah yang menjadi fondasi. Keteladanan akan kebangsaan yang saling menghormati dan memahami dan tidak hanya untuk disuarakan, namun memiliki daya paktis yang mampu mencipta sikap saling merangkul satu sama lain.
Rumusan untuk membendung pengaruh radikalisme intoleran sesungguhnya telah ditumbuhkan sejak masa kejayaan kerajaan Majapahit. Pemerintahan pada saat itu sadar akan keragaman budaya seantereo nusantara. Cara yang dianggap mampu untuk mempersatukan nusantara ialah dengan menumbuhkan pemahaman bahwa orang-orang yang berbeda agama dapat hidup rukun dalam suatu nusantara. Mpu Tantular menuliskan dalam Kitab Sutasoma, “Bhineka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa”; berbeda beda namun satu, tiada kebenaran yang mendua (Tantular, 2009: 505).
Bukti lain yang dapat mengungkapkan keberagaman sebagai sebuah keteladanan bangsa adalah dengan dilaksanakannya ikrar Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada tanggal 28 Oktober 1928. salah satu butirnya mengungkapkan; menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Upaya tersebut adalah usaha untuk menjaga persatuan bangsa. Dan yang menjadi subjek untuk menjaga dan memelihara keajegan keberagaman adalah pemuda, karena disadari bahwa jika pemuda dapat meneladankan sikap keberagaman maka negara mampu kokoh dalam waktu yang lama. Sehingga pada akhirnya Indonesia mampu merdeka 17 tahun kemudian.
Pasca kemerdekaan, sang Founding Father, Bung Karno menegaskan keberagaman Indonesia dengan mengatakan bahwa “ketuhanan yang berkebudayaan, ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, ketuhanan yang mengormati satu sama lain”. Begitu pula dengan bapak pluralisme K.H Abdurrahman Wahid yang menyatakan; “Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah Tanya apa agamamu”
Beberapa pemikiran dari para negarawan bangsa tersebut mencerminkan sikap bahwa masyarakat harus sadar dan saling menghormati jika ingin bekerjasama membangun negara yang kokoh. Sikap yang ditunjukan oleh para negarawan tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah keteladanan dalam hubungan interaksi sosial masyarakat. Sehingga sikap toleran dan saling memahami satu sama lain dapat diwujudkan. Kemudian jika ruh identitas keberagaman ini tetap disuarakan maka, sekaligus akan mematikan pergerakan radikalisme di Indonesia.
Salah satu upaya untuk pengembangan karakter individu yang memberikan pandangan yang luwes dan dapat saling menghargai adalah melalui jalur pendidikan. Pendidikan dapat dijadikan mata rantai untuk menebar perdamaian dan pengembangan sumber daya manusia. Masyarakat harus mulai tercerahkan oleh proses pendidikan yang menumbuhkan jiwa keberagaman. Karena, pemahaman masyarakat terhadap toleransi dapat menjadi parameter atas kejiwaan bangsa.
Memahami pancasila serta kebhinekaan sebagai sebuah keteladanan perlu ditanamkan. Selama ini, pembelajaran mengenai keberagaman dan toleransi sangat minim pengembangan. Materi yang diberikan disekolah hanya bersifat hapalan tanpa pernah memaknainya. Kita sadar bahwa bangsa kita telah memberikan keteladanan keberagaman. Maka dengan menjadikan kisah-kisah negarawan tersebut sebagai sebuah keteladanan maka akan tercipta sikap ketuhanan yang penuh semangat cinta kasih
Kita perlu memahami bahwa sesungguhnya kita berlayar di atas kapal yang sama, apabila ada seseorang yang berniat untuk melubangi dan menenggelamkannya, maka kita harus berani mengingatkan mereka. Tugas dari mayarakat sipil adalah melawan ideologi yang berjalan untuk menebar kekerasan atas dasar kepentingan kelompok tertentu. Proses pendidikan harus mampu menyadarkan seluruh masyarakat bahwa keberagaman pluralisme itu adalah a fact of life bukan sekedar ideologi. Dalam konteks sosial, kita sesungguhnya hidup bukan dalam konteks persaingan, tapi bagaimana kita mampu bekerja sama saling asah, asuh dan asih.


Ibarat sebuah mesin tenun, jika tenun kebhinekaan berhenti dirajut, maka kisah keteladanan dari perajut sebelumnya pun akan sirna dimakan waktu. Maka dari itu, proses pendidikan harus mampu meneruskan pola-pola rajutan tenun kebhinekaan bangsa yang besar dan berwibawa sehingga, bangsa Indonesia akan mampu meregenerasi bangsa yang memiliki mentalias yang sehat. Menjadi tugas bersama untuk merajut kebhinnekaan yang ada agar tetap tunggal ika. 




 Yudhistira S A
Share:

1 komentar:

  1. Selamat datang di situs Bolavita, kami adalah salah satu Agen Taruhan Terbesar
    Sabung Ayam S128, Judi Bola Sbobet Maxbet 368Bet, Casino Green Dragon 338a, Togel Klik4D Isin4D, Tangkasnet, Semua ada di Bolavita Agen Taruhan terbaik indonesia.

    - Bonus Deposit Sportsbook 10% New Member
    - Bonus Deposit Live Casino 5%
    - Bonus Deposit Bola Tangkas 10%
    - Bonus Referensi 2%-7%
    - Bonus Undian Gadget Keren,

    Hubungi Kami di :
    WA : +6281377055002


    BalasHapus

Activity

Diberdayakan oleh Blogger.

SAPMA PP KOM UNTIRTA